Sejumlah anak mungkin melewati atau terlambat vaksinasi sesuai jadwalnya. Penting bagi Moms mengetahui jadwal imunisasi yang harus diberikan ke anak usia 1-5 tahun dan mengetahui bagaimana risiko merawat bayi tanpa imunisasi.
Orang tua lantas mencari tahu kiat merawat bayi tanpa imunisasi, setelah menghadapi berbagai hambatan untuk menjadwalkan anak dapat vaksin.
Bisa jadi Moms juga kesulitan mendapat akses terhadap vaksin, atau Moms tidak mengetahui bahwa dosis vaksin tambahan memang diperlukan.
Risiko Merawat Bayi Tanpa Imunisasi
Imunisasi penting bagi kekebalan tubuh bayi. Tidak hanya batuk pada anak, tetapi terdapat berbagai penyakit berbahaya dan mematikan di dunia ini yang perlu dihindarkan dari Si Kecil.
Sayangnya, ada orang tua yang memilih menolak anak-anaknya mendapatkan vaksin sejak mereka bayi. Mereka merawat bayi tanpa imunisasi bisa jadi karena kurangnya rasa percaya terhadap dunia medis atau ada rasa takut lainnya.
Padahal merawat bayi tanpa imunisasi risikonya besar sekali. Berikut ini 7 akibat kurang menyenangkan yang dapat dihadapi anak jika tidak memperoleh imunisasi, menurut UNICEF:
1. Rentan Penyakit Serius
Ketika anak tidak mendapatkan imunisasi lengkap tepat waktu, ia bisa mudah terserang berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Misalnya hepatitis, TBC, batuk rejan, dan difteri.
Selain itu, anak-anak juga rentan terhadap berbagai masalah kesehatan lainnya. Misalnya, ketika seorang anak menderita campak, komplikasi seperti diare, pneumonia, kebutaan, dan malnutrisi sering terjadi.
Baca Juga: Moms, Ini 6 Vitamin untuk Anak yang Sering Sakit
2. Pengaruh ke Anggota Keluarga Lain
Merawat bayi tanpa imunisasi dapat berpengaruh ke anggota keluarga lain. Ketika bayi tidak diimunisasi dan ia menderita sakit, orang-orang di sekitar pun bisa tertular dan menderita penyakit yang sama, bahkan bisa lebih parah.
Orang dewasa di sekitar bayi adalah sumber paling umum dari infeksi pertusis (batuk rejan) pada bayi, dan kasus ini mematikan bagi bayi. Ketika anak divaksinasi, Moms berarti melindungi diri sendiri, bayi, keluarga, dan semua orang di lingkungan terdekat.
3. Kontribusi terhadap Wabah
Dalam artikel Yusneri, SKM, MM dari Kementerian Kesehatan untuk UNICEF, disebutkan bahwa kasus penyakit menular di antara kelompok rentan dapat menyebabkan wabah komunitas yang lebih luas.
Inilah sebabnya mengapa pemerintah masih memvaksinasi anak-anak terhadap polio. Ketika lebih banyak anak melewatkan vaksinasi mereka, penyakit yang telah menurun selama bertahun-tahun bisa tiba-tiba muncul lagi.
4. Biaya Medis Tinggi
Pikirkan bahwa penyakit yang diderita bayi tidak hanya berdampak langsung pada individu dan keluarga, tetapi juga membawa dampak ekonomi yang tinggi bagi masyarakat secara keseluruhan.
Merawat bayi tanpa imunisasi membutuhkan biaya yang mahal dan memakan waktu. Misalnya, difteri akan memerlukan perawatan segera di rumah sakit untuk mengobati penyakit ini dan komplikasinya. Pasien ditempatkan di ruang isolasi dan membutuhkan obat-obatan khusus.
Penyakit campak rata-rata dapat bertahan hingga 15 hari, biasanya dengan lima atau enam hari kerja atau sekolah yang terlewatkan.
Orang dewasa yang terkena hepatitis, kehilangan rata-rata satu bulan kerja. Dalam kasus bayi yang lahir dengan CRS, mereka akan membutuhkan perawatan seumur hidup dan bantuan medis dan terapi yang mahal.
5. Penurunan Kualitas Hidup
Risiko lain dari merawat bayi tanpa imunisasi, yaitu terjadinya penurunan kualitas hidup Si Kecil pada masa depan.
Penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup. Misalnya campak dapat menyebabkan kebutaan.
Kelumpuhan adalah gejala paling parah yang terkait dengan polio karena dapat menyebabkan cacat permanen dan kematian.
6. Harapan Hidup
Vaksinasi yang tidak lengkap berkontribusi terhadap penurunan angka harapan hidup, sedangkan vaksinasi lengkap pada balita memengaruhi peningkatan angka harapan hidup.
Data menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap saat kecil, lebih mungkin untuk tertular berbagai penyakit lain. Ia pun mengalami penurunan harapan hidup.
7. Kesulitan Sekolah
Anak bisa menderita kerugian dengan ditolak dari sekolah yang mewajibkan syarat vaksin. Beberapa negara mengharuskan orang asing yang berkunjung untuk diimunisasi secara lengkap.
Tanpa imunisasi, anak-anak dapat kehilangan kesempatan untuk mengenyam pendidikan di negara-negara tersebut. Saat ini pun misalnya, anak dapat diterima di sekolah ketika sudah menerima vaksin COVID-19 minimal satu dosis.
Alasan Orang Tua Menolak Imunisasi pada Bayi
Berikut ini 4 alasan terbesar orang tua menolak pemberian vaksin untuk bayi, merujuk pada riset Pusat Nasional untuk Informasi Bioteknologi (NCBI) pada 2016:
- Anjuran agama atau keyakinan yang dianut.
- Menilai bayi dapat melawan infeksi secara alami.
- Klaim dokter pribadi tidak merekomendasikannya.
- Takut imunisasi membuat sakit.
Namun, lebih banyak orang juga menentang vaksin hanya karena telah menerima dan berbagi informasi anti-vaksinasi melalui media sosial, seperti Facebook, Twitter, atau blog.
Masyarakat, di samping tenaga keshetan, dapat menggunakan akun media sosial sendiri untuk mengimbangi konten tersebut, dengan informasi yang mendukung imunisasi.
Apakah Bayi Tanpa Imunisasi Diterima Pelayanan Kesehatan?
Penyedia layanan kesehatan, seperti puskesmas hingga rumah sakit, menghadapi dilema dalam menghadapi permintaan merawat bayi tanpa imunisasi.
Pada saat yang sama, penyedia layanan harus mempertimbangkan risiko terhadap pasien lain, terutama bayi yang terlalu muda untuk menerima vaksin, pasien lanjut usia, dan pasien yang memiliki sistem kekebalan lemah.
Kekhawatiran ini mendorong beberapa penyedia layanan kesehatan meminta orang tua anak tanpa vaksin untuk mencari praktik pelayanan lain. Namun, American Academy of Pediatrics, menganjurkan agar tenaga kesehatan terbuka menerima bayi tanpa vaksin untuk ditangani.
Secara profesional, American Academy of Family Physicians (AAFP) pun merekomendasikan bahwa terdapat kondisi anak yang tidak perlu dipaksakan vaksin. Misalnya, mereka yang tidak akan bersekolah tatap muka di sekolah umum.
Namun, sebagai tenaga kesehatan, ada tugas tidak kalah penting, yakni untuk melindungi pasien dari bahaya. Tenaga kesehatan yang baik, akan terus mengedukasi dan mempromosikan kesehatan di tengah masyarakat.
Merawat bayi tanpa imunisasi menjadi pilihan ketimbang melarang perawatan bagi mereka. Namun imunisasi masih berkemungkinan menurunkan risiko infeksi yang disebarkan oleh pasien yang sakit di ruang tunggu dan ruang pemeriksaan.
Demikian informasi yang dirangkum, semoga bermanfaat bagi Moms. Selain imunisasi, jaga pula kesehatan Si Kecil dengan produk perawatan anak berkualitas.