Selain nutrisi dan stimulasi, perkembangan emosi anak juga perlu Moms ketahui agar tumbuh kembang Si Kecil bisa optimal. Terkadang sebelum Moms sebagai orangtua ingin mengajarkan soal regulasi emosi, tentunya kita juga harus memahami bagaimana perasaan mereka. Oleh karena itu, ketahui dulu yuk, Moms, kira-kira seperti apa sih perkembangan emosi anak dari mulai mereka lahir hingga usia 5 tahun? Baca selengkapnya di bawah ini, ya!
Perkembangan Emosi Anak Usia Bayi
-
Usia newborn (0 – 3 bulan)
Di usia newborn ketika bayi baru lahir, perkembangan emosi anak dilihat dengan bayi selalu mencari kenyamanan dari Moms atau orang terdekat. Menggendong, mengayun, berpelukan akan selalu membantu untuk menciptakan bonding yang kuat. Di sini, bayi Moms sedang belajar untuk memercayai seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.
Bayi di usia ini baru bisa berkomunikasi dengan menangis atau mungkin rewel, Moms perlu menanggapinya dengan penuh kehangatan sehingga bayi akan merasa terpenuhi keinginannya. Moms juga perlu sering melakukan kontak mata dan menunjukkan berbagai ekspresi.
-
Usia 4 – 6 bulan
Bayi di usia 4 -6 bulan senang mencoba meniru ekspresi Moms dan sudah bisa tertawa di usia ini. Moms dan Dads bisa coba sering berikan senyuman atau buat wajah-wajah konyol seperti mengangkat alis untuk menstimulasi anak melakukan hal yang sama.
Di usia ini, bayi juga mulai memerhatikan hal-hal yang terjadi di sekitar mereka. Biarkan bayi menyentuh wajah Moms dan menirukan ekspresi, berbagi tawa saat mandi atau membacakan buku. Selalu respon reaksi bayi yang sedang gembira sehingga mereka menyadari perilakunya memiliki arti dan menyenangkan untuk Moms.
-
Usia 7 – 9 bulan
Moms mungkin menyadari kalau Si Kecil mulai terlihat takut pada orang asing, suara keras, atau suasana baru dan hal ini rupanya sangat normal. Moms bisa mulai memperkenalkan suasana baru secara perlahan sambil memberikan kenyamanan padanya.
Anak juga sedang mengembangkan rasa ingin tahu dan belajar eksplorasi dengan cara yang aman yang akan membantu melakukan hal yang sama dalam situasi baru seiring mereka berkembang dan tumbuh. Permainan yang bisa menstimulasinya adalah cilukba, atau permainan bersama.
-
Usia 9 – 12 bulan
Bayi Moms sudah mulai mengenali beberapa kata meskipun mereka belum bisa mengucapkannya. Cobalah untuk menghubungkan kata dengan perasaan. Saat bayi sedang tertawa bicarakan alasan mengapa dia bahagia. Jika bayi Moms menangis karena waktu bermainnya sudah berakhir, coba bicarakan hal tersebut karena sekarang saat waktunya ia istirahat.
Perkembangan emosi anak di usia ini terlihat bayi sudah mulai punya ikatan yang kuat dengan Moms atau pengasuhnya dan sudah memiliki preferensi seperti mainan atau orang favoritnya. Moms bisa bantu tumbuhkan rasa percaya dirinya dengan mulai menawarkan dua pilihan, “Kamu mau yang mana?” dan biarkan anak memilihnya.
Di usia ini anak juga mungkin suka dengan suara yang Moms buat berulang. Moms juga bisa mulai mengajarkan memanggil orang-orang terdekat dan mengajarkan sedikit kosa kata berulang yang mudah.
-
Usia 1- 2 tahun
Perkembangan emosi anak usia 1 menuju balita 2 tahun, mereka sedang belajar bagaimana mengekspresikan diri dan tidak takut untuk mengungkapkannya. Kadang mereka bisa dengan mudah tertawa, marah, juga menangis di waktu yang cepat.
Di usia ini, Moms juga tetap harus menunjukkan perasaan dengan kata-katanya agar mereka memahami emosinya. Jika mereka marah, beri tahu apa yang membuatnya marah. Si Kecil juga akan jadi lebih suka bertualang (explore) dengan sendiri. Biarkan mereka mencoba sambil tetap dengan penuh pengawasan.
Mereka mungkin akan mengambil dan penasaran akan banyak hal di rumah tak hanya mainan namun segala furnitur dan juga benda. Tetap awasi anak jika mereka ingin menyentuh hal berbahaya seperti stop kontak dan benda tajam.
Perkembangan Emosi Anak Balita
-
Usia 2- 3 tahun
Di usia memasuki balita, biasanya anak akan jadi lebih mandiri. Mereka akan suka menghampiri keramaian dan mulai ingin bermain dengan anak-anak lainnya. Moms bisa mulai mengajarkan anak untuk saling berbagi ketika bermain bersama (sharing) dan mengajarkan empati.
Anak yang sedang berusaha mandiri namun kadang mereka masih membutuhkan bantuan orang dewasa, membuat mereka kadang bingung dan mungkin menyebabkan tantrum. Di saat seperti ini Moms memang juga harus tetap bersabar ketika mereka sedang kesulitan namun memaksa ingin melakukannya sendiri. Biarkan lah mereka mencoba terlebih dahulu dan bertanya lah terlebih dahulu jika ingin memberikan bantuan, “Mau dibantu atau tidak?”
Tetaplah bertanya dan berikan pilihan, seperti ketika mereka ingin mengenakan piyama, “Kamu mau pasang kancing sendiri atau dibantu?”, “Mau sikat gigi setelah mandi atau sekarang?” Walaupun tak selamanya berjalan mulus, namun mereka akan merasa lebih dihargai dan berlatih untuk mengambil keputusan.
Moms juga bisa mengajarkan untuk meregulasi emosi anak di usia ini. Ketika mereka sedang emosi bisa juga memberikan contoh untuk menarik nafas dalam-dalam dan buang.
Perkembangan Emosi Anak Usia Pra Sekolah
-
Usia 3 – 4 tahun
Di usia ini biasanya anak sudah mulai masuk ke usia pra sekolah (pre-school). Mereka menikmati permainan interaktif dan berkumpul dengan orang lain. Mereka akan bermain dan belajar bagaimana berbagi mainan (sharing) dan bergiliran seperti mengantre dan sebagainya. Untuk mengajarkan kesabaran, Moms juga bisa menstimulasi dengan mengajak bermain permainan seperti puzzle atau memory game.
Untuk menstimulasi perkembangan emosi anak, di usia ini juga perlu diajarkan menunjukkan bagaimana rasanya menghormati orang lain dengan berlatih mengucapkan “Maaf, tolong, terima kasih,” beritahu juga alasannya mengapa mereka penting mengucapkan hal tersebut.
Permainan seperti role play juga sangat disukai oleh anak di usia ini. Moms juga bisa mulai mengajarkan tentang profesi atau sekadar bermain mengurus anak. Ajarkan hal-hal esensial seperti apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan ketika sedang di taman bermain atau playground. Moms juga bisa ajarkan beberapa risiko jika melakukan hal yang tidak baik pada orang lain.
Kesimpulan
Kadang sebagai orangtua seringkali kita juga banyak belajar dan kesulitan terutama ketika menghadapi anak yang sedang mengungkapkan emosinya. Oleh karena itu, mengenal berbagai tahap perkembangan emosi anak jadi penting sebagai bekal Moms untuk bisa menghadapi dan juga mengajarkan mereka cara untuk regulasi emosi.
Setelah memahami perkembangan emosi anak ini, semoga Moms tidak langsung menghakimi dan dapat lebih sabar ketika menghadapi anak tantrum dan belum mengerti jelas apa yang mereka inginkan. Namun jika dirasa Moms mengalami kesulitan untuk menghadapinya, jangan sungkan untuk meminta bantuan orang lain seperti kerabat terdekat ataupun berkonsultasi pada psikolog. Semoga artikel ini bermanfaat untuk para Moms dan orangtua dan happy parenting!
Referensi
MI Kids Matter. 2024. Social & Emotional Development Milestones (diakses 30 Januari 2024) | https://www.michigan.gov/mikidsmatter/parents/infant/social