GTM Pada Bayi, Moms Jangan Panik, Kenali 4 Penyebab dan Solusinya

GTM Pada Bayi

Orangtua mana yang tidak panik jika bayi menolak makan atau dikenal dengan istilah GTM ( Gerakan Tutup Mulut). Reaksi panik justru menimbulkan masalah baru, sebaiknya Moms tetap tenang dan fokus pada solusi. Caranya dengan mengenal penyebab GTM pada bayi dan berusaha memahami kondisi bayi.

Perilaku bayi yang GTM ditandai dengan bayi tidak nafsu makan, melepeh makanan yang sudah masuk ke mulut, mengemut atau maunya hanya minum susu saja. Kondisi lain yang dikeluhkan orangtua perihal GTM seperti anak hanya mau makan dengan porsi sedikit, anak pilih-pilih makanan, anak takut coba makanan baru, anak tantrum dan marah saat makan, serta anak kesulitan menghisap, menelan atau mengunyah.

Perilaku tersebut di atas tentu membuat Moms mudah tersulut emosi. Namun, jika Moms sudah memiliki banyak pemahaman mengenai GTM dan punya data setelah mengamati apa yang terjadi pada bayi, orangtua jadi punya banyak respon positif menghadapi bayi dan berupaya keras mencari jalan keluar.

Mengenal 4 Penyebab GTM Pada Bayi Menurut IDAI dan Strategi Menghadapinya

Sebenarnya anak usia 1-3 tahun menolak makan adalah hal wajar dan sebagian besar melewati fase ini dengan normal dan tidak ada masalah. Layaknya orang dewasa yang sesekali mengalami fase tidak nafsu makan, begitu juga dengan anak.

Ada sebuah penelitian bahwa 50-60% orangtua dari anak yang fisiknya sehat mempunyai keluhan adanya kesulitan makan. Namun, setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut, hanya 20-30% yang bermasalah, dan cuma 1-2% saja yang menderita kasus berat berkepanjangan.

Jadi, sebenarnya rasa khawatir orang tua tanpa diiringi dengan data pengamatan yang sungguh-sungguh terhadap anaknya yang kesulitan makan justru malah semakin menyulitkan anak dalam proses belajar makan.

Jill Castle seorang ahli nutrisi anak pada situs thenourishedchild.com, ada 7 alasan umum bayi menolak makan, alasan pertama, bosan dengan makanan yang itu-itu saja, lalu bisa jadi bayi mengalami sembelit, kesiapan bayi untuk belajar proses makan, ada bagian tubuh yang sakit/nyeri, kerena kondisi medis dan adanya masalah sensorik.

Lalu menurut dr. Meta Hanindita, Sp.A.(K) dalam bukunya berjudul Mommyclopedia, 567 Fakta tentang MPASI menuliskan bahwa penyebab dari masalah makan pada anak sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu cara pemberian makan yang salah, masalah interaksi bayi dan orangtua atau yang mengasuh, kelainan struktur anatomis, perilaku makan anak, dan perilaku yang berhubungan dengan kondisi medis tertentu.

Ternyata banyak juga ya Moms penyebabnya. Dengan begitu Moms jadi punya pandangan luas mengenai penyebab GTM pada bayi. Selanjutnya IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), masalah makan pada anak ada 4 kategori:

1. Inappropriate Feeding Practice

Inappropriate Feeding Practice adalah pemberian makan yang salah dan tidak sesuai usia. Hal ini karena kurangnya pengetahuan orangtua mengenai syarat pemberian makan pada bayi dan anak, baik dari segi kuantitas, kualitas dan tahap perkembangan makan pada bayi dan anak.

Contohnya saat orangtua lalai menaikkan tekstur makanan bertahap padahal usia anak sudah 1 tahun dan masih diberikan nasi lumat.

2. Small Eaters

Small Eaters dikenal juga dengan infantile anorexia yang banyak diderita bayi usia 6 bulan dan anak usia 3 tahun.

Ciri-ciri small eaters sebagai berikut: jarang menunjukkan tanda lapar, jumlah makan sedikit tak pernah mencapai rasa kenyang, menolak makan dalam jumlah cukup selama lebih dari sebulan, lebih tertarik pada lingkungan sekitar, tidak ada riwayat trauma,tidak disebabkan kondisi medis tertentu, mengalami growth faltering ( pertumbuhan fisik sangat lamban dibanding anak seusianya) signifikan, anak aktif dan perkembangannya normal.

Moms dengan ciri-ciri bayi dan anak small eaters umumnya merasa cemas dan menawarkan camilan sebagai cara agar anak mau makan, namun hal ini justru membuat nafsu makan anak menurun.

Lalu Moms harus bagaimana? Ada beberapa strategi yang dapat Moms lakukan dalam menghadapi si small eaters.

Pertama, buat jeda selama 3 jam atau lebih di antara jam makan utama dan cemilan. Kedua, Beri waktu anak makan 15 menit dan toleransi waktu sampai 30 menit. Ketiga, Jika dalam waktu tersebut anak tidak mulai makan atau menyelesaikan makan, stop proses makan.

Keempat, Moms konsisten untuk tidak menawarkan cemilan pada waktu yang telah ditentukan. Kelima, Motivasi anak untuk makan sendiri, dan terakhir jauhkan segala yang dapat membuat anak terdistraksi selama proses makan.

3. Food Preference

Food Preference adalah anak menolak makan makanan tertentu atau pilih-pilih makanan. Perilaku food preference ini terbagi dua istilah, picky eater dan selective eater. Picky eater adalah anak yang pilih-pilih makanan tapi masih makan minimal satu macam dari setiap kelompok makanan, yaitu karbohidrat, protein, sayur/buah, dan susu.

Misal anak suka makan mie tapi tidak suka makan kentang. Sedangkan selective eater, anak yang menolak semua jenis makanan dalam kelompok makanan tertentu, misal: menolak makan semua jenis makanan sumber protein.

Strategi yang dapat Moms lakukan terhadap si picky eater dan selective eater adalah: Pertama, sajikan makanan dalam porsi kecil. Kedua, sajikan semua jenis makanan dari semua kelompok makanan. Ketiga, berikan anak makanan baru 10-15 kali. Keempat, sajikan makanan di meja dengan jarak yang mudah dijangkau anak tanpa menawarkannya.

Kelima, jika anak tampak ingin muntah atau bahkan muntah, stop pemberian makanan dan tawarkan makanan yang lebih mendekati yang dia sukai. Keenam, Moms dapat campurkan sedikit makanan baru dengan makanan yang sudah lama anak kenal dan suka kemudian secara perlahan tingkatkan porsi makanan yang baru anak kenal.

4. Parental Misperception

Orangtua merasa anak mengalami masalah makan. Namun setelah diperiksa lebih lanjut ternyata aturan makannya sudah benar dan status gizinya baik. Sebaiknya Moms segera konsultasi kepada ahli gizi anak agar tidak galau dan tetap sabar menghadapi permasalahan makan anak agar tidak terjadi mispersepsi.

Ini Dampak Jika GTM Pada Bayi Dibiarkan

GTM Pada Bayi

Bayi dan anak yang menolak makan atau melakukan GTM dapat berdampak buruk bagi kesehatannya bahkan mengganggu pertumbuhan dan menyebabkan anak rentan infeksi serta dapat menimbulkan gangguan kognitif dan perilaku.

Faktanya sebagian besar masalah makan pada anak bersumber dari praktik pemberian makan yang salah atau parental misperception. Maka, penting sekali menjadi orangtua berdaya dan memiliki pemahaman baik mengenai proses belajar makan pada anak.

Jika kenangan proses belajar makan yang Moms ciptakan itu indah, anak pun akan lebih menghargai apa yang dimakan, lebih sadar terhadap apa-apa yang masuk ke dalam tubuhnya kelak saat ia dewasa.

Selanjutnya ada 6 gejala timbulnya masalah makan pada bayi dan anak yang mesti Moms waspadai,

  1. Anak menolak makan lebih dari satu bulan
  2. Durasi makan yang panjang, lebih dari 30 menit
  3. Durasi menyusui yang panjang
  4. Kegagalan naik tekstur makanan sesuai usia
  5. Setiap tiba waktu makan, anak tampak stres
  6. Banyaknya distraksi untuk tingkatkan asupan makanan

Moms yang bayi dan anaknya memiliki beberapa gejala diatas pasti sedih sekali terutama gejala yang menolak makan lebih dari satu bulan, kadang tidak sampai sebulan bahkan sehari saja anak menolak makan sebagian besar Moms sudah mengalami kekhawatiran yang besar.

Besarkan upaya agar anak menyenangi proses makan ya Moms daripada membesarkan rasa khawatir dengan begitu Moms jauh lebih siap menghadapi perjalanan menyiapkan anak menyenangi proses makan.

Referensi
  • the most common reasons your baby refuses to eat, diakses pada 19 Nopember 2023, https://thenourishedchild.com/baby-refuses-to-eat/
  • Meta Hanindita. 2019. Mommyclopedia, 567 Fakta tentang MPASI . Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X