Toilet Training adalah proses belajar anak agar mampu buang air sendiri di toilet layaknya orang dewasa. Tahapan ini merupakan salah satu tahap pada perkembangan anak yang penting untuk menuju kemandirian.
Kunci dalam melakukan toilet training sendiri adalah mengenali kesiapan anak dalam belajar konsisten, tanpa adanya paksaan.
Tahapan untuk toilet training sendiri meliputi pengertian soal buang air, melepas pakaian, membersihkan bagian tubuh ketika buang air, mengenakan pakaian kembali, siram toilet, dan mencuci tangan. Buat pengalaman untuk proses belajar ini menjadi kegiatan alami dalam kehidupan sehari-hari.
Daftar Isi
Tanda Anak Siap Menjalani Toilet Training
Setiap anak punya perkembangan yang berbeda-beda sehingga usia tentu saja tidak bisa menjadi patokan anak untuk siap menjalani toilet training. Namun, pada umumnya anak sudah siap menjalani toilet training saat usianya sudah menginjak 1,5 tahun atau 2 tahun.
Anak perempuan memang biasanya punya ketertarikan yang lebih dalam mempelajari toilet training sehingga lebih cepat untuk paham dibandingkan dengan anak laki-laki.
Nah, untuk mengetahui kapan pastinya anak siap menjalani toilet training maka cobalah untuk melihat kesiapannya dari segi emosional dan fisik. Tanda-tanda secara fisik anak yang siap toilet training adalah ia mampu mengontrol keinginan untuk BAK dan BAB.
Selain itu, kesiapan fisik lainnya yang bisa menjadi tanda kalau anak siap menjalani toilet training adalah:
- Popok kering setelah 2 jam pemakaian atau ketika bangun tidur
- Muncul ekspresi sebagai tanda anak sedang menahan BAB atau BAK
- Tidak BAB di popok ketika malam
- BAB terjadi di waktu yang sama setiap harinya atau di waktu yang tidak bisa diprediksi
- Si Kecil bisa melepas dan memakai pakaian
- Mampu berkomunikasi soal pemakaian toilet
Beda halnya dengan kesiapan fisik, kesiapan emosional memang membutuhkan waktu yang lebih lama. Berikut adalah beberapa tanda anak siap melakukan toilet training secara emosional:
- Lebih memilih memakai celana dalam dibandingkan popok
- Muncul tanda tidak nyaman saat popok kotor atau basah dan memintanya untuk mengganti dengan yang baru
- Memberi tahu orang tuanya ketika ingin buang air
- Menunjukkan ketertarikan saat orang tuanya memakai kamar mandi
- Semangat ikut proses toilet training
- Menghentikan aktivitasnya atau menjauhi orang lain saat dirinya ingin BAK atau BAB meskipun lagi mengenakan popok
Kalau secara fisik dan psikologis Si Kecil, umumnya usia 18 bulan – 2,5 tahun, Si Kecil sudah mulai siap toilet training. Adapun tahapan usia anak siap toilet training seperti berikut:
- 18 bulan: Menunjukkan tanda siap
- 24 bulan: Dari langkah ke langkah sudah bisa mengenalkan toilet training
- 30 – 36 bulan: Sadar untuk buang air di toilet pada siang hari
- 26 – 48 bulan: Bisa menahan buang air sebelum tidur hingga pagi dan lakukan buang air pada toilet meski di malam hari
Permasalahan Saat Toilet Training
Ada beberapa kendala yang kerap kali dialami Si Kecil ketika sedang toilet training, yakni:
1. Stool Toilet Refusal
Si Kecil sudah berhasil BAK di toilet, namun dirinya menikah BAB di toilet lebih dari 1 bulan. Penyebab umum biasanya karena kehadiran adik baru, orang tua kurang konsisten, atau nyeri ketika BAB. Tetap gunakan bahasa positif dan puji anak meskipun BAB di popok bayi.
2. Stool Withholding
Si Kecil yang melakukan pergerakan fisik untuk menahan BAB (potty dance, menyilangkan kaki). Hal ini bisa menyebabkan terjadinya konstipasi.
3. Hiding
Ketika usianya mencapai 22 bulan, Si Kecil akan cenderung mengumpat ketika BAB. Ini karena malu atau takut. Pada waktu tertentu, anak sesekali masih akan buang air di celana.
5 Tips Toilet Training Anti Gagal
Ada beberapa tips yang bisa Moms terapkan ketika mengajarkan Si Kecil toilet training, simak ulasannya berikut ini.
1. Latihan Duduk di Atas Dudukan Toilet
Latihlah Si Kecil untuk duduk di atas dudukan toilet atau berjongkok di atasnya ketika menggunakan wc jongkok. Lakukan tips ini beberapa kali dalam sehari Moms setidaknya 2-3 menit setiap kalinya hingga ia terbiasa. Ingat ya Moms untuk jangan memaksakan Si Kecil jika memang ia belum mau.
Meskipun tidak ingin pipis atau buang air besar, kebiasaan ini pun bisa membuat Si Kecil menemukan posisi nyaman di atas toilet.
2. Mengenali Tanda Anak
Di luar jam rutinnya ke toilet, perhatikan tanda Si Kecil yang ingin buang air kecil atau besar. Kalau anak memegang area kemaluannya, berjongkok, atau menyilangkan kaki, maka segera bawa ke toilet.
Hal ini juga bisa jadi pemberitahuan Si Kecil kalau tanda buang air muncul, maka segera hentikan apa yang sedang ia lakukan lalu pergi ke toilet. Bantu juga anak untuk mengenali apa saja tanda ingin buang air kecil dan besar ini. Lama kelamaan Si Kecil pun akan bicara langsung ke Moms kapan dirinya perlu buang air.
3. Rutinkan Anak Untuk ke Toilet
Setelah Di Kecil merasa nyaman dan terbiasa, kini saatnya mulai merutinkan Si Kecil agar ke toilet untuk buang air kecil dan besar. Mungkin di awalnya Moms bisa membawa Si Kecil ke toilet setiap bangun tidur, setelah makan, saat mau tidur, dan setiap 2 jam di siang hari.
Ajak juga ia untuk ke toilet ketika biasanya buang air besar. Ketika Si Kecil sudah terbiasa, Moms bisa bertanya langsung ke Si Kecil apakah ia butuh ke toilet untuk buang air atau tidak.
4. Menerapkan Kebersihan
Setiap selesai buang air kecil dan besar, basuhlah area genital Si Kecil dengan air kemudian siram toiletnya. Memang butuh waktu hingga anak bisa membersihkan area genitalnya sendiri Moms setiap selesai buang air.
Jadi, jangan memaksa Si Kecil ya untuk bisa membersihkannya sendiri sekarang juga.
Tetap beri tahu ke Si Kecil kalau tahap mencebok ini memang penting untuk menghindari penyebaran kuman. Ajarkan pula Di Kecil untuk selalu cuci tangannya setiap selesai buang air.
5. Jangan Berikan Hukuman Saat Dirinya Masih Ngompol
Mungkin suatu saat nanti Si Kecil bisa saja melakukan kesalahan seperti buang air besar di celana atau mengompol. Kalau hal ini terjadi, maka jangan beri hukuman kepadanya ya Moms atau memarahinya. Bersihkan saja bekas ompol Si Kecil serta bantu dan tunggu hingga ia tidak lagi mengompol.
Mengutip dari NHS, kalau Moms tidak memarahi Si Kecil ketika dirinya mengompol, maka ia tidak akan merasa tantrum dan cemas serta kemungkinan berhasilnya di lain waktu akan lebih besar.
Sikap terbaik Moms ketika mengajarkan Si Kecil toilet training adalah tetap memberi dukungan. Hindari untuk bereaksi secara berlebih atau memberi tekanan yang kemudian bisa memberi kemunduran pada kemampuannya. Kalau keadaan sudah normal, maka Si Kecil akan segera kembali pada kemampuan yang sudah dicapainya.
Lihat kondisi dan pastikan Si Kecil tidak merasa terpaksa ketika memulai toilet training. Memaksanya hanya akan mengganggu perkembangan emosionalnya. Semangat mengajarkan Si Kecil Moms!