Dongeng Malin Kundang: Menghormati Orang Tua Sebagai Pesan Moral Utama

Dongeng Malin Kundang: Menghormati Orang Tua Sebagai Pesan Moral Utama

Moms, sudahkah mengenalkan dongeng Malin Kundang pada si kecil? Banyak pesan moral yang bisa Moms ajarkan kepada anak dari cerita rakyat populer asal Sumatera Barat ini, salah satunya adalah menghormati orang tua.

Dongeng Malin Kundang menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang durhaka kepada ibunya sehingga dikutuk menjadi batu. Moms perlu tahu, menurut penjelasan dari Raising Children 101 membacakan dongeng pada si kecil tidak hanya menghibur, tetapi juga dapat membantu anak mengembangkan keterampilan berbahasa.

Banyak orang tua membacakan dongeng pada si kecil sebagai rutinitas pengantar tidur yang dipercaya bermanfaat untuk stimulasi bagi perkembangan otak anak. Yuk Moms,  ceritakan dongeng Malin Kundang berikut ini pada si kecil saat menjelang tidur.

Dongeng Malin Kundang

1. Mande Rubayah, Ibu dari Malin Kundang yang Terpaksa Jadi Janda

Dahulu kala dikisahkan ada sebuah perkampungan nelayan di Pantai Air Manis, Padang, Sumatera Barat. Lahirlah seorang anak bernama Malin Kundang yang tumbuh di keluarga nelayan.

Awalnya Malin memiliki keluarga yang lengkap, namun demi memperbaiki ekonomi keluarga, sang ayah memutuskan pergi merantau menyebrangi lautan meski akhirnya tidak pernah kembali lagi.

Mande Rubayah, ibu dari Malin harus menerima takdir untuk membesarkan seorang anak laki-laki seorang diri dan terpaksa menyandang status janda.

Demi bertahan hidup, Malin sering dikundang-kundang (dibawa kemana saja) saat sang ibu sedang bekerja keras untuk mencari sesuap nasi. Akhirnya, banyak orang memanggilnya dengan sebutan Malin Kundang.

Perjuangan Mande Rubayah tidak sia-sia, Malin tumbuh menjadi anak yang berbakti meskipun sangat ambisius. Ia selalu bermimpi untuk meninggalkan pantai kecil tempat tinggalnya dan mencari kekayaan di negeri nan jauh di mata.

2. Beranjak Dewasa, Malin Berempati pada Ibunya dan Memutuskan untuk Merantau

Kini Mande Rubayah sudah semakin menua, tubuhnya tidak sekuat dahulu. Malin berempati dan tidak tega membiarkan sang ibu terus-menerus menjadi tulang punggung keluarga.

Saat itu ada sebuah kapal dagang besar milik saudagar kaya dari luar negeri sedang bersandar di pantai. Malin Kundang melihat ada peluang besar dan memutuskan untuk bergabung dengan kapal tersebut.

Akhirnya ia memberanikan diri meminta izin dan menyampaikan keinginannya pada sang ibu untuk merantau. Mendengar keinginan Malin tersebut, Ibu Mande sedih dan tidak rela berpisah jauh dengan anak semata wayangnya.

“Ibu tidak pernah pernah membayangkan tinggal jauh dari kamu, Nak. Lebih baik kamu mengurungkan keinginan itu!, ucap ibunya dengan mimik sedih dan matanya yang mulai berkaca-kaca.

“Bu ini kesempatan emas yang tidak boleh di sia-siakan begitu saja, aku ingin merubah nasib kita. Belum tentu tahun depan kapal itu merapat lagi ke pantai ini”, Malin meyakinkan ibunya, ia juga berjanji akan kembali lagi ketika sudah berhasil meraih impiannya menjadi orang sukses dan kaya.

3. Akhirnya Mande Rubayah Mengizinkan Malin Kundang Merantau

Dengan berat hati, Mande harus berlapang dada melepas kepergian anaknya.

“Nak, ibu akan selalu menunggumu di sini. Cepatlah kembali” ucap ibunya sambil menangis tersedu-sedu.

“Ambil ini, untuk bekalmu selama di perjalanan,” Ibu memberikan bekal berupa tujuh bungkus nasi berbungkus daun pisang untuk santapan selama di perjalanan.

Mereka pun saling berpelukan, tak lama Malin melepaskan pelukan ibunya dan langsung berlari menuju kapal dengan sumringah. Ibunya hanya bisa menatap pilu melihat kepergian anaknya.

4. Doa, Harapan, dan Penantian Seorang Ibu

Setelah kepergian Malin, waktu terasa berjalan lambat. Setiap hari Mande Rubayah tak henti mendoakan keselamatan anaknya di perantauan.

Sesekali ia datang ke tepi pantai, sambil memandang laut ia membayangkan wajah anaknya.

“Nak, ibu sungguh merindukanmu, pulanglah Nak!”, lirihnya dalam hati.

Terkadang ada kapal yang menepi, Mande selalu bertanya kepada mereka siapa tahu mengenal anaknya. Sayangnya, tidak pernah ada awak kapal yang mengenal Malin Kundang.

Ayo Join Acara Seru

Supermom Family Fest 2023

Supermom Family Fest datang lagi! Akan digelar di Main Atrium Gandaria City pada 18-19 November 2023, jam 10.00 - 21.00 WIB.

Ada Pororo Park, Kompetisi Modern Dance, Crawling, Storytelling (Dongeng) dan masih banyak lagi acara seru.

Jangan lewatkan kesempatan mendapatkan total hadiah Rp 10 Juta!

Daftar Sekarang

5. Sekian Tahun Berlalu, Ternyata Malin Kundang Sudah Menikah dengan Putri Bangsawan

Bertahun-tahun lamanya, Mande Rubayah tidak pernah mendapatkan kabar dari anaknya padahal tubuhnya semakin ringkih bahkan jalannya sudah mulai membungkuk.

Hingga suatu hari datanglah seorang nahkoda yang pernah membawa Malin berlayar. Ia menyampaikan kabar bahagia pada Mande Rubayah.

“Wahai Mande Rubayah, berbahagialah. Anakmu di perantauan menikahi putri bangsawan yang cantik dan sangat kaya raya,” ucapnya kala itu.

Mendengar kabar tersebut Mande Rubiyah bahagia bercampur sedih, ada rasa sakit di hatinya yang tiba-tiba muncul saking menahan rindu yang begitu lama pada anaknya.

Tapi ia masih ingat dengan janji anaknya yang akan kembali setelah sukses menjadi orang kaya.

6. Kembalinya Malin Kundang Bersama Sang Istri Disambut Gembira oleh Penduduk Desa

Suatu hari yang cerah, dari kejauhan terlihat kapal megah berlayar menuju tepi pantai. Banyak penduduk desa yang terkesima dengan arsitektur kapal tersebut. Termasuk Mande Rubiyah, ia berharap yang datang adalah anaknya.

Semakin dekat kapal berlayar, terlihat ada sepasang anak muda berdiri di ajungan. Penduduk desa mengira kapal itu milik seorang pangeran. Tapi ternyata beberapa orang mengenal sosok laki-laki gagah tersebut adalah Malin Kundang.

Sepasang anak muda berpenampilan mewah bak pangeran dan permaisuri, turun dari kapal tersebut dengan gembira karena disambut penduduk desa.

7. Mande Rubayah Histeris Menyambut Kedatangan Malin Kundang

Belum lama Malin Kundang dan istrinya menginjakan kaki di pasir Pantai, tiba-tiba dari tengah kerumunan ada seorang wanita lansia yang menangis histeris sambil berlari menuju Malin dan langsung memeluknya.

“Malin, akhirnya kau memenuhi janjimu pada Ibu. Kamu benar-benar kembali setelah sukses seperti ini”, ucapnya sambil berderai air mata.

8. Malin Mendorong Tubuh Ibunya hingga Terjatuh, begitu pun Istrinya yang ternyata Congkak

Alih-alih sama-sama melepas rindu, Malin malah mendorong tubuh ibunya hingga terjatuh. Ia tak sudi dipeluk wanita tua renta berpakaian compang-camping dan bau. Bahkan ia pura-pura tak mengenali ibunya di depan sang istri.

Tidak secantik rupanya, ternyata istri Malin berperangai buruk. Tanpa berpikir panjang, sang istri meludahi ibu Malin yang masih terduduk lesu di pasir pantai.

“Mana mungkin perempuan tua dan bau ini ibumu? Orang tua Malin adalah bangsawan terpandang sama sepertiku!”, ucapnya dengan nada merendahkan.

Malin semakin menjadi-jadi setelah mendengar ucapan istrinya, ia menendang kaki ibunya hingga merintih kesakitan.

“Dasar perempuan tak tahu malu! Berani-beraninya mengakui aku sebagai anakmu!”, ucapnya  menghardik sambil membelalakkan matanya.

9. Malin Bersikukuh Tidak Ingin Mengakui Mande Rubiyah sebagai Ibunya

Meski sudah diperlakukan kasar dan dipermalukan di depan banyak orang oleh darah dagingnya sendiri, Mande Rubiah tetap berusaha mengetuk hati anaknya.

“Bagaimana bisa kau melupakan aku sebagai ibumu Nak? Ingatlah dulu kita menghabiskan waktu besama-sama di sini Nak”, ucapnya.

Sambil menangis Mande Rubiyah hendak bersujud di kaki anaknya untuk menyadarkan perbuatan Malin. Tapi anaknya tidak memperdulikan malah semakin memberontak.

Malin menghempaskan kakinya hingga ibunya kembali tersengkur ke pasir.

“Aku tidak pernah memiliki ibu seperti kamu, miskin dan bau!”

Malin dan istrinya meninggalkan ibunya yang sedang tertunduk di atas pasir sambil menangis tersedu-sedu. Begitu pun penduduk desa satu persatu kembali ke rumahnya.

Tinggalah seorang diri Mande Rubayah yang masih tersungkur di tepi pantai di bawah terik matahari. Perasaan sedih, sakit hati, dan kecewa bercampur satu. Mande kelelahan dan akhirnya pingsang.

10. Doa Ibu yang Tersakiti Hatinya Membawa Petaka untuk Malin Kundang

Saat terbangun, Mande Rubayah melihat kapal Malin sudah berlayar kembali. Ia tidak menyangka anaknya yang dulu begitu berbakti berubah menjadi congkak karena harta.

Rindu yang tidak terbalas membuat hatinya begitu sakit, lalu ia mengangkat kedua tangannya ke langit kemudian berdoa sungguh-sungguh.

“Oh, Tuhahku, seandainya dia memang bukanlah anakku, aku akan memaafkan perbuatannya. Tapi jika dia benar anakku tersayang Malin Kundang, balaslah segera perbuatannya yang setimpal. Tolong kabulkan doa hamba, Ya Tuhan!

Selang beberapa menit, cuaca yang cerah mendadak menjadi gelap disusul hujan deras yang turun begitu lebat.

11. Kapal Malin Kundang Tersambar Petir hingga Hancur Berkeping-keping

Ilustrasi kapal Malin Kundang rusak tersambar petir dalam dongeng Malin Kundang. Sumber Foto: YouTube/Riri Cerita Anak Interaktif
  Ilustrasi kapal Malin Kundang rusak tersambar petir dalam dongeng Malin Kundang. Sumber Foto: YouTube/Riri Cerita Anak Interaktif

Malin Kundang Kelimpungan begitu menyadari kapalnya mulai oleng diterjang hujan yang begitu lebat. Tak lama, petir menyambar kapalnya hingga terbakar dan hancur berkeping-keping. Serpihannya terbawa ombak hingga ke tepi pantai.

12. Di Tepi Pantai Ditemukan Batu Menyerupai Tubuh Manusia

Ilustrasi tubuh Malin Kundang yang berubah jadi batu dalam dongeng Malin Kundang. Sumber Foto: YouTube/Riri Cerita Anak Interaktif
  Ilustrasi tubuh Malin Kundang yang berubah jadi batu dalam dongeng Malin Kundang. Sumber Foto: YouTube/Riri Cerita Anak Interaktif

Keesokan harinya cuaca kembali cerah, di pinggir pantai tampak berserakan serpihan kapal yang sudah berubah menjadi batu. Ya, itu adalah kapal Malin Kundang!

Ada sebongkah batu yang menyerupai tubuh manusia sedang bersujud. Itu adalah tubuh Malin Kundang yang dikutuk ibunya jadi batu karena durhaka.

Batu itu digenangi air, ada ikan teri, ikan belanak, dan ikan tengiri yang berenang-renang mengelilinginya. Konon, ikan itu merupakan serpihan dari tubuh istrinya yang sedang mencari Malin Kundang.

Pesan Moral Dongeng Malin Kundang

Dongeng atau cerita rakyat Malin Kundang ini memiliki pesan moral untuk dipahami si kecil, yaitu pentingnya menghormati dan menyayangi orang tua saat susah maupun senang.

Jangan melupakan jasa orang tua yang sudah membesarkan dan mendidik sedari kecil. Juga kesombongan dan keangkuhan dapat membawa malapetaka, seperti yang dialami oleh Malin Kundang dalam cerita ini.

  • 5 Reasons Why Fairy Tales Are Important For Your Child. (n.d.). https://raisingchildren101.com/. Retrieved October 17, 2023, from https://raisingchildren101.com/5-reasons-why-fairy-tales-are-important-for-your-childs-development/
  • Cerita Rakyat Sumatra Barat: Legenda Malin Kundang. (n.d.). indonesiakaya.com. Retrieved October 17, 2023, from https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/cerita-rakyat-sumatra-barat-legenda-malin-kundang/
  • Dongeng Malin Kundang, Anak Durhaka yang Dikutuk Menjadi Batu. (n.d.). katadata.co.id. Retrieved October 17, 2023, from https://katadata.co.id/agung/lifestyle/65027edc5385a/dongeng-malin-kundang-anak-durhaka-yang-dikutuk-menjadi-batu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X