Sangat wajar ketika bayi Moms yang biasanya tidur, menyusu dan buang air, tiba-tiba menangis tanpa henti, lengkap dengan kepalangan tangan, kaki mengayun, dan wajah merah. Ini adalah kolik pada bayi yang biasa dialami sebagian besar anak-anak.
Ketika kolik mulai terasa, Moms tidak dapat menghibur Si Kecil yang menangis. Kebanyakan dari mereka mengulangi episode yang memilukan dan menegangkan ini setiap malam pada waktu yang sama.
Kali ini SuperMom akan membahas serba-serbi kolik pada bayi mulai dari penjelasan penyakit tersebut secara detail, penyebab, gejala dan kapan waktu yang tepat untuk menemui dokter.
Apa Itu Kolik pada Bayi?
Kolik pada bayi adalah tangisan yang tidak terkendali pada Si Kecil yang sehat. Bayi Moms dianggap kolik jika mereka berusia di bawah 5 bulan dan menangis lebih dari tiga jam berturut-turut, selama tiga hari atau lebih dari seminggu.
Faktanya, kolik pada bayi bukanlah penyakit dan tidak akan membahayakan. Namun, sering kali situasi ini menjadi hal yang sangat sulit untuk dilalui oleh bayi dan orang tuanya.
Dikutip dari Babycenter.com, sekitar satu dari lima bayi mengalami kolik. Masalah ini biasanya terjadi saat mereka berusia antara 2 dan 3 minggu.
Kolik bisa terjadi dengan terlepas dari jenis kelamin bayi, urutan kelahirannya, dan apakah Moms menyusui atau memberi susu botol. Moms juga tidak perlu khawatir karena anak-anak yang menderita kolik tumbuh tidak berbeda dengan mereka yang tidak mengalaminya.
Penyebab Kolik pada Bayi
Kolik pada bayi adalah salah satu misteri besar. Kondisi ini sama-sama umum terjadi pada setiap anak.
Tidak ada yang tahu mengapa beberapa bayi lebih rentan terhadapnya daripada yang lain, tetapi banyak teori. Dan mungkin ada lebih dari satu penyebab.
Kemungkinan hal yang menyebabkan kolik yaitu:
1. Ibu Merokok
Moms pasti tahu bahwa bayi yang lahir dari ibu yang merokok selama kehamilan atau pascapersalinan memiliki risiko kolik yang lebih tinggi (walaupun risiko ini berkurang jika bayi disusui).
2. Stimulasi Berlebihan
Beberapa ahli percaya bahwa tangisan kolik yang berkepanjangan adalah masalah fisik untuk bayi yang sensitif. Pada saat malam tiba, bayi-bayi ini tidak dapat lagi menangani pemandangan, suara, atau sensasi, sehingga mereka menjadi putus asa dan menangis.
3. Masalah Perut
Pakar lain berpikir bahwa masalah gastrointestinal seperti perut kembung, kurang atau terlalu banyak makan, serta sistem pencernaan yang belum matang dapat berperan dalam gejala kolik pada bayi.
Moms dapat membantu membuat bayi lebih nyaman dengan memastikan mereka tidak menelan terlalu banyak udara saat menyusu atau menyusu dengan botol. Itu berarti menjaga mereka tetap tegak saat menyusui; bersendawa secukupnya; dan memastikan mereka menggunakan botol yang tepat dapat menjadi solusi.
4. Intoleransi Susu atau Alergi
2 – 3% bayi mengalami sakit perut akibat intoleransi atau alergi terhadap protein susu sapi. Jika menurut Moms Si Kecil sensitif terhadap bahan dalam formulanya, bicarakan dengan dokter anak.
Mereka mungkin menyarankan untuk beralih ke formula yang dihidrolisis secara ekstensif.
5. Sensitivitas Terhadap Makanan Ibu
Jika Moms menyusui, hindari sementara produk susu, telur, kacang tanah, kacang pohon, gandum, kedelai, dan ikan dalam makanan Moms. Ini dapat membantu mengurangi gejala kolik pada bayi.
Satu studi menemukan bahwa ketika ibu menyusui menghindari makanan ini selama 10 hari, 74% bayi dibawah usia 6 minggu lebih jarang menangis dan rewel.
6. Gastroesophageal Reflux (GERD)
Kondisi ini, juga dikenal sebagai refluks asam dan dapat menyebabkan gejala kolik. Jika bayi Moms sering muntah dan tampak tidak nyaman atau tidak tumbuh seperti yang diharapkan, kunjungi dokter dan beritahu mereka tentang kekhawatiran Moms.
7. Bakteri Usus
Teori lain mengatakan bahwa kolik pada bayi dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan bakteri sehat di usus. Penelitian telah menunjukkan bahwa bayi dengan kolik memiliki mikroflora usus yang berbeda dari mereka yang tidak menderita kolik.
8. Tingkat Serotonin yang Lebih Tinggi
Para peneliti telah menemukan bahwa beberapa bayi kolik menghasilkan lebih banyak serotonin. Ini adalah zat kimia yang membantu otak berkomunikasi dengan tubuh dan juga menyebabkan otot usus berkontraksi.
Diperlukan lebih banyak penelitian tentang hubungan antara serotonin dan kolik.
9. Migran Dini
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kolik pada bayi adalah pertanda migrain di masa kanak-kanak.
Para peneliti tidak yakin apakah kolik merupakan gejala awal migrain masa kanak-kanak atau jika bayi dengan kolik berbagi sifat genetik dengan mereka yang mengalami migrain masa kanak-kanak.
10. Stres Keluarga
Para peneliti telah menemukan hubungan antara ibu yang menderita gangguan kecemasan dan bayi yang menangis berlebihan. Mungkin juga ada hubungan antara kolik dan ketegangan emosional atau depresi saat hamil.
Cara Mengatasi Kolik pada Bayi
Karena tidak ada penyebab kolik yang jelas, maka tidak ada pengobatan. Dokter anak Moms akan merekomendasikan beberapa hal yang dapat menenangkan mereka.
Cobalah satu per satu saran dari dokter. Jika satu tidak bekerja setelah beberapa hari, coba yang lain. Kolik akan sembuh dengan sendirinya.
Ada beberapa hal cara lain dalam mengatasi kolik pada bayi yang juga bisa Moms coba. Namun apapun itu, Moms mungkin hanya perlu menunggu kerewelannya membaik saat bayi Moms berusia sekitar 4 bulan.
Nah itulah beberapa hal terkait tentang kolik pada bayi. Bayi dengan kolik bisa menjadi tantangan.
Banyak orang tua merasa kewalahan, marah, atau kesal terhadap anak yang rewel. Perasaan ini tidak membuat Moms menjadi orang tua yang buruk.
Ingatlah bahwa penyebab kolik tidak diketahui dengan jelas dan itu akan menjadi lebih baik.