Plasenta bayi atau ari-ari bayi adalah organ yang menghubungkan janin dengan Moms selama kehamilan. Karena memiliki makna simbolis dan spiritual yang signifikan, mitos ari-ari bayi bergantung pada kebiasaan dan kepercayaan seseorang.
Secara ilmiah, ari-ari berfungsi sebagai filter yang menyaring nutrisi dan oksigen dari Moms ke janin. Organ ini juga dapat mengeluarkan limbah dari janin. Saat bayi lahir, ari-ari bayi dipotong. Sisa ari-ari menempel pada pusar bayi sampai puput. Moms wajib tahu cara merawat tali pusar bayi.
Ari-ari bayi juga memproduksi hormon yang membantu menjaga kehamilan dan menunda kontraksi rahim selama masa kehamilan. Setelah persalinan, organ akan dikeluarkan dari tubuh Moms.
Fakta Mengubur Ari-ari Bayi
Praktik umum di banyak rumah sakit dan fasilitas kesehatan adalah membuang ari-ari sebagai limbah medis.
Namun ketika berbicara tentang mitos ari-ari bayi, dalam beberapa kasus organ ini dianggap berharga, sakral, dan kuat, bahkan bernilai lebih dari emas.
Studi menunjukkan bahwa plasenta bayi memainkan peran yang luar biasa dalam tradisi kuno, ritual, dan pengobatan holistik serta alternatif tertentu. Salah satu kebiasaan yang paling umum adalah ritual penguburan plasenta.
Dikutip dari Prenagen.com, beberapa menganggap mengubur ari-ari sebagai kewajiban. Bahkan para orang tua kerap mengingatkan para Moms untuk membuat perayaan ketika mengubur ari-ari.
Faktanya, mengubur ari-ari di pekarangan tentunya merupakan cara yang paling tepat untuk membuang benda ini.
Jadi, tanpa ada maksud gaib atau semacamnya, mengubur ari-ari adalah cara yang paling tepat untuk menghilangkan benda ini dibandingkan hanya dibuang di tempat sampah atau di sungai.
Mitos Ari-ari Bayi Lainnya
Bukan hanya di Indonesia, bahkan mitos ari-ari bayi juga ada di setiap negara atau daerah. Berikut ini adalah beberapa mitos ari-ari bayi selain dianggap harus dikubur, yaitu:
1. Dikubur Sebagai Malaikat Pelindung
Mitos ari-ari bayi di Bali menyebutkan bahwa organ ini bagian dari tubuh fisik malaikat pelindung anak yang mana rohnya tinggal bersama anak seumur hidup. Oleh karena itu, orang Bali membungkus ari-ari dengan kain, lalu memasukkannya ke dalam kelapa dan menguburnya.
Ini juga mirip dengan mitos ari-ari bagi penduduk asli Islandia. Mereka menyebut organ ini sebagai “fylgia”, yang secara harfiah berarti “malaikat pelindung”.
2. Dikubur karena Bagian dari Leluhur
Dalam beberapa budaya, mitos ari-ari bayi menghubungkan mereka dengan tanah dan warisan. Di antara orang Navajo dan banyak orang Hawaii, ari-ari diletakkan di tanah untuk menghubungkan anak dengan tanah air dan leluhurnya.
3. Dikubur Demi Perlindungan Masa Depan
Mitos ari-ari bayi di negara Karibia percaya bahwa mengubur plasenta bayi di bawah pohon buah-buahan, dapat membantu memastikan bahwa anak tidak akan kelaparan dan akan selalu pulang.
Hal yang sama berlaku di dalam budaya Jepang maupun Tionghoa. Mitos ari-ari bayi yang dikubur dipercaya dapat memberikan berkah atau perlindungan bagi masa depan sang anak.
4. Dimakan untuk Menambah Energi dan Meningkatkan ASI
Mitos ari-ari bayi selanjutnya adalah kepercayaan untuk menelan organ ini dan dapat meningkatkan energi mereka selama pemulihan. Plasenta memang mengandung vitamin dan mineral termasuk zat besi dan B12.
Namun studi metabolisme pada ibu yang mengkonsumsi plasenta dibandingkan mereka yang tidak, faktanya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
5. Dimakan untuk Mengurangi Risiko Pascapersalinan
Kesalahpahaman yang umum dari mitos ari-ari bayi adalah membantu mencegah depresi pasca persalinan. Beberapa teori menyebutkan hormon yang habis saat melahirkan dapat dengan cepat diisi kembali dengan menelan plasenta.
Sayangnya, studi sebenarnya menunjukkan sedikit atau tidak ada perbedaan dalam risiko depresi pasca persalinan antara wanita yang menelan plasenta dan mereka yang tidak.
6. Harus Segera Dikeluarkan dari Tubuh
Mitos ari-ari bayi lainnya adalah percaya bahwa plasenta ini harus dikeluarkan dari tubuh segera setelah persalinan. Ini tidak benar, karena plasenta dapat diambil setelah persalinan.
Akan tetapi, ini harus dilakukan oleh profesional kesehatan yang berpengalaman dan di bawah pengawasan medis yang memadai.
7. Harus Dikeluarkan dengan Ditarik
Ari-ari bayi kadang disebut harus dikeluarkan dari tubuh dengan cara yang tertentu. Misalnya dengan menariknya secara kasar atau menggunakan obat-obatan tertentu.
Ini tidak benar, karena plasenta harus dikeluarkan dengan cara yang aman dan tidak menyakitkan bagi Moms.
8. Tempat Kuburnya Harus Diberi Lampu
Memberi lampu pada lokasi dikuburnya ari-ari adalah mitos ari-ari bayi yang banyak dilakukan warga Indonesia. Beberapa orang percara tempat pemakaman plasenta harus diberi cahaya selama beberapa bulan.
Bagi sebagian orang, hal itu dianggap memiliki makna gaib tersendiri seperti peri yang akan memelihara bayi dan sebagainya. Tentu tidak ada yang tahu apakah mitos ini benar atau tidak.
Namun secara logika, pemberian lampu ini dimaksudkan untuk menandai tempat tersebut sekaligus memberi rambu-rambu bagi orang yang lewat.
9. Diberi Bumbu, Tulisan Arab, dan Sesajen Lainnya
Tempat pemakaman ari-ari juga kerap diberi berbagai macam bumbu. Mulai dari daun salam, tulisan arab dan latin, beras merah, dan masih banyak lagi dilakukan karena percaya pada mitos ari-ari bayi.
Hal ini tidak ada korelasinya dengan bayi. Namun, ada filosofi tertentu dalam kegiatan ini, misalnya beras merah berarti kemakmuran, tulisan Arab berarti ketakwaan, dan kepercayaan lainnya.
Itulah beberapa mitos ari-ari bayi yang mungkin belum Moms ketahui. Namun, faktanya kebiasaan mengubur ari-ari adalah ritual kebersihan norma menurut etika medis.
Sama seperti bagian tubuh lainnya yang harus dikubur, ari-ari juga seharusnya dikubur agar tidak mengundang bakteri atau dimakan hewan liar.
Memakannya juga merupakan mitos ari-ari bayi yang tidak tepat atau tidak boleh dilakukan. Ada begitu banyak alasan mengapa plasenta tidak boleh dikonsumsi.
Pertama-tama, plasenta bukanlah organ yang steril. Ini mengandung racun seperti merkuri dan timbal, serta bakteri dan virus potensial.
Organ ini bahkan memiliki kultur bakterinya sendiri. Infeksi apapun selama persalinan kemungkinan besar akan ada di jaringan plasenta. Memasak plasenta mungkin dapat menurunkan patogen ini, tetapi tidak dapat menghilangkannya sepenuhnya.