Kehamilan Ektopik: Penyebab, Gejala dan Cara Mencegahnya

Kehamilan Ektopik

Pernah mendengar tentang kehamilan ektopik, Moms? Kehamilan ektopik atau kehamilan di luar kandungan memang perlu diwaspadai. Meski jarang terjadi, namun kehamilan ini bisa mengancam jiwa.

Oleh karenanya sangat penting mengetahui penyebab, gejala, pengobatan, dan bagaimana mencegahnya. Untuk lebih lengkapnya, simak penjelasan lengkap tentang hamil ektopik berikut agar Moms tidak mengalaminya.

Apa Itu Kehamilan Ektopik?

Kalau pada kehamilan normal sel telur yang telah dibuahi menempel pada lapisan rahim, maka kehamilan ektopik terjadi saat sel telur yang sudah dibuahi tertanam di luar rahim yang biasanya terjadi di saluran tuba. Saluran tuba sendiri merupakan saluran yang menghubungkan antara ovarium dan rahim. 

Namun, terkadang kehamilan ektopik juga dapat terjadi di bagian tubuh lainnya seperti ovarium, rongga perut atau bagian bawah rahim (serviks) yang terhubung ke vagina.

Kehamilan ektopik tidak dapat berjalan normal, Moms. Telur yang dibuahi tidak dapat bertahan, dan jaringan yang tumbuh dapat menyebabkan perdarahan yang bisa mengancam jiwa jika tidak ditangani.

Gejala Kehamilan Ektopik

Gejala Kehamilan Ektopik

Foto: canva.com

Pada awalnya Moms mungkin tidak mengalami gejala apa pun. Namun, saat sel telur yang dibuahi tumbuh di tempat yang tidak semestinya, tanda dan gejala menjadi lebih terlihat. 

Saat Moms melakukan tes kehamilan, hasilnya akan positif. Namun, kehamilan ektopik tidak dapat berlanjut seperti normalnya.

Berikut adalah beberapa gejala kehamilan ektopik yang perlu Moms waspadai, yakni:

  • Sakit perut di bagian bawah pada 1 sisi
  • Pendarahan vagina atau keluarnya cairan berwarna coklat
  • Periode terlewat disertai  tanda-tanda kehamilan lainnya
  • Sakit pada ujung bahu 
  • Ketidaknyamanan saat buang air kecil atau buang air besar

Jika sel telur yang telah dibuahi terus tumbuh di tuba falopi maka dapat menyebabkan tuba pecah. Pendarahan hebat dapat terjadi di dalam perut. Moms perlu segera ke dokter jika disertai dengan gejala-gejala berikut:

  • Kepala terasa sangat ringan
  • Ingin pingsan
  • Sakit yang tajam, tiba-tiba, dan intens di perut
  • Terlihat pucat

Gejala-gejala ini juga menunjukan bahwa tuba falopi telah terbelah (ruptur). Ini perlu segera ditangani dengan operasi untuk memperbaiki tuba fallopi. 

Baca Juga: Sedang Merencanakan Kehamilan? Simak Cara Menghitung Masa Subur Penting!

Bagaimana Kehamilan Ektopik Terdeteksi?

Cara Cek Kehamilan Ektopik

Foto: canva.com

Dokter atau petugas medis biasanya akan melakukan beberapa tes untuk memastikan kondisi kehamilan terlebih dahulu. Barulah setelahnya bisa mendeteksi kehamilan ektopik. Adapun tes kesehatan yang perlu Moms lewati, antara lain:

  • Tes urin: Tes ini melibatkan buang air kecil pada strip tes (biasanya berbentuk seperti tongkat).
  • Tes darah: Dilakukan untuk melihat berapa banyak hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dalam tubuh Moms. Hormon ini diproduksi selama kehamilan.
  • Pemeriksaan USG: Diperlukan untuk melihat di mana sel telur yang telah dibuahi telah tertanam.

Kehamilan ektopik biasanya dideteksi di awal kehamilan. Mengutip dari Cleveland Clinic, sebagian besar kasus ditemukan pada trimester pertama (minggu ke-8 atau 3 bulan pertama).

Jika kehamilan ektopik terkonfirmasi dan kondisi tuba falopi pecah, Moms akan langsung dirujuk ke ruang gawat darurat dan segera dirawat. Tidak ada waktu untuk menunggu janji temu.

Pengobatan

Kehamilan ektopik bisa diobati dengan beberapa cara. Pada beberapa kasus, penggunaan obat metotreksat bisa menghentikan pertumbuhan kehamilan ektopik. Metotreksat diberikan dalam bentuk suntikan. Selama masa pengobatan ini, kadar hCG Moms akan dipantau.

Untuk kasus yang sudah parah, operasi perlu dilakukan ketika tuba falopi pecah atau jika berisiko pecah. Prosedur ini biasanya dilakukan secara laparoskopi (melalui beberapa sayatan kecil, bukan satu sayatan yang lebih besar).

Dokter bedah dapat mengangkat seluruh tuba falopi dengan sel telur masih di dalamnya atau mengeluarkan sel telur dari tuba jika memungkinkan.

Pencegahan yang Bisa Dilakukan

Kehamilan ektopik memang tidak dapat dicegah. Tetapi Moms dapat mencoba mengurangi faktor risikonya dengan mengikuti kebiasaan gaya hidup yang baik. Ini dapat mencakup tidak merokok, menjaga berat badan, mengkonsumsi multivitamin ketika hamil dan pola makan yang sehat, dan mencegah infeksi menular seksual (IMS). 

Sebagian besar wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik masih bisa hamil dengan normal di masa mendatang. Namun, risiko kehamilan ektopik lebih tinggi. Untuk itu, penting  untuk berkonsultasi dengan dokter saat Moms sedang merencanakan kehamilan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X